Friday, September 27, 2013

Imun is ASI : melawan stigma

Ini adalah artikel seri ke-2 yang membahas kenapa kami tidak mengimunisasi Quiny. Seri pertamanya dapat anda baca di sini, ok mari lanjut faq nya.

Jika anda tidak pro/kontra imunisasi kenapa anda menulis artikel yang seolah-olah kontra imunisasi ?

Awalnya artikel ini akan membahas argumen-argumen baik dari yang pro mau pun kontra imunisasi, tapi alangkah kagetnya saya ketika membaca komentar-komentar para orang tua yang pro imunisasi. Waw stigma yang mereka kemukakan luar biasa seolah-olah kami yang tidak mengimunisasi anaknya adalah pendosa terbesar di muka bumi (*kami tidak memakan uang pajak yang kalian setor untuk membiayai negara ini, jadi santai az bro). Berikut beberapa komentar yang saya temukan dari orang-orang yang fanatik imunisasi (menurut saya orang yang hanya pro tidak akan menstigma orang yang berbeda pandangan, hanya orang-orang yang memilki fanatisme buta yang menganggap perbedaan sebagai bencana).

"pemerintah itu sudah mendeatil bikin uu tentang imunisasi/vaksinasi lengkap dengan penanganan KIPI nya. Salah sendiri gak berusaha cari dan baca! tinggal download di internet kok ya males. Jangan cuman nyalah2in pemerintah aja. Jd rakyat yang cerdas." 
Bro kamu pikir orang-orang yang golput adalah orang-orang yang ga cerdas, mereka dengan kesadaran untuk tidak memberikan haknya karena mereka sangat yakin tidak ada satu pun parpol yang bisa dipercaya, begitu pun kami. Kami tidak percaya imunisasi baik buat bayi. Sebelum kami memutuskan untuk tidak mengimunisasi bayi kami, kami telah pikirkan secara matang dengan informasi yang kami yakini bahwa keputusan kami untuk tidak memberikan bayi kami imunisasi adalah benar. Masalah internet sebagian besar informasi mengenai imunisasi, baik yang pro maupun kontra saya dapat di internet, jadi jangan menstigma kami malas mencari informasi di internet sementara sebagian dari kalian menstigma kami termakan isu internet.

"Hanya berfikir, misalnya di dalam satu komunitas, ada orangtua yang memilih untuk tidak berikan vaksinasi lalu anaknya sakit dan kemudian menularkan kepada anak-anak lain … hukumnya apa, ya?"
Kami di tuduh tidak cerdas? sangat miris melihat komentar di atas, bagaimana anda bisa memberikan sesuatu untuk melindungi anak anda sementara anda sendiri masih ketakutan anak anda tertular oleh anak yang tidak di vaksinasi #logika

"Hihihi. Ya, kan keputusan itu yang buat orang lain lalu anak kita jadi beresiko kena. Bukan berarti vaksin pada anak kita tidak berhasil … tapi bisa jadi yang sakit itu anak-anak yang belum waktunya vaksin".
Anggaplah semua bayi di dunia ini di vaksinasi, jika saya mengikuti logika anda berarti bayi saya masih ada kemungkinan terkena penyakit karena belum waktunya di vaksinasi. Jika begitu kejadiannya siap yang harus dihukum?. Yang bikin jadwal imunisasi? Atau misalkan saya telat mengimunisasi karena tidak ada biaya, apa saya harus dihukum karena tidak punya biaya? #logika


"hukumnya dijauhi dari pergaulan :p iya itu harus dipikirkan orang tua yang menolak memberikan vaksinasi ke anaknya. Jangan juga mau menang sendiri, karena dia melakukan hal yang 'tidak haram' lalu bagaimana lingkungan? -_____-"
Sudahkah anda menjauhi perokok? Sudahkah anda menjauhi pengguna kendaraan bermotor? Jangan tebang pilih mba karena kami tidak sepaham dengan anda. Kenapa anda tidak "menghukum" para pengguna kendaraan bermotor yang membuat polusi udara sehingga anak kita beresiko terkena ISPA. Kenapa anda tidak menghukum peroko + pemerintah (mengambil manfaat dari cukai) padahal jelas-jelas membahayakan kita sebagai peroko pasif.


Disini saya tekankan saya tidak anti dengan perokok (sebagaian besar teman saya bahkan bapak saya perokok). Saya hanya ingin kalian hargai keputusan kami, para orang tua yang tidak mengimunisasi bayinya. Jika kalian merasa benar dengan menghukum kami, kami harap kalian juga bisa adil dengan menghukum orang-orang yang merusak lingkungan. Sudahkah anda melakukannya sebelum anda menghukum kami?

Anggaplah benar imunisasi mencegagah terjadinya wabah penyakit yang menakutkan. Bisa anda jelaskan kenapa masyarakat baduy, suku anak dalam dan masyarakat lainya (yang hidup dengan kearifan lokal) bisa bertahan sampai sekarang tanpa terserang wabah penyakit yang menakutkan?

Kita baru mengenal flu burung & flu babi yang sangat menakutkan, dan mungkin penyakit mematikan lainya yang tiba-tiba datang. Kemudian di temukan vaksin untuk melawannya dan kemudian diwajibkan kepada setiap bayi di dunia. Pertanyaannya berapa banyak vaksin yang harus di masukkan ke dalam tubuh bayi? Serapuh itukah Tuhan menciptakan manusia sehingga untuk bertahan hidup di perlukan vaksinasi? Wallahualam bishawab.

Hargailah keputusan kami untuk tidak mengimunisasi bayi kami, karena menurut kami Imun IS ASI gratis, tanpa efek samping, dan 1.000% halal.

0 komentar:

Post a Comment

Powered by Blogger.